GEREJA PAROKI BERDIMENSI GEREJA DIASPORA



Rm. Mangunwijaya Pr sudah memunculkan gagasan pastoral GEREJA PAROKI berdimensi GEREJA DIASPORA untuk mengantisipasi perkembangan umat Katolik dalam masyarakat modern, plural, mobile-dinamis,  global.  

Gagasan itu sudah disampaikan kepada para imam Keuskupan Agung Semarang pada tahun 1972 (sewaktu Rm. Mangunwijaya berpastoral di  Nandan). Dan setelah lengkap dibukukan dalam judul buku GEREJA DIASPORA (penerbit Kanisius, 1999). Di bawah ini kutipan dari buku tsb.






















Peziarahan Umat Nandan dari Sebuah Kring menjadi Paroki

Penyusun: Sie BUKU KENANGAN - Panitia Peresmian Paroki St. Alfonsus Nandan menjadi Paroki Mandiri. (Agustus 2012)


Perjalanan panjang umat Nandan dari sebuah Kring hingga menjadi Paroki. Perjalanan ini merupakan suatu peziarahan yang penuh perjuangan. Berikut adalah paparan perjalanan ini dari waktu ke waktu, yang dibagi menjadi beberapa periode, dengan harapan akan menjadikan peneguhan kita bersama dalam melangkah menuju cita-cita:

A.     Periode awal hingga menjadi Kring Karitas
1.       Misi Katolik di wilayah Nandan dan sekitarnya menjadi wilayah Paroki Mlati. Umat katolik tersebar di beberapa dusun yang jumlahnya masih sangat sedikit.
2.      Tahun 1961 berdiri Komunitas Bruder Karitas (FC) Nandan atas persetujuan Mgr. Sugiyapranata SJ, Uskup Agung Semarang. Sejak saat itu pembinaan iman umat secara lebih intensif dan kontinyu dilakukan oleh bruder-bruder Karitas (FC).
3.      Tahun 1962 dirintis pembangunan gedung SD dan SMP Karitas Nandan lengkap dengan aulanya.
4.      Tahun 1963 pada tgl. 1 September operasional sekolah mulai menempati gedung baru. Sebelumnya meminjam rumah keluarga Bpk. Pawiro Suwignyo (sebelah timur SD Karitas sekarang).
5.      Tahun 1963 Bruder Karitas Nandan membangun jembatan di atas kali Buntung yang menghubungkan dusun Nandan dan Mranggen. Jembatan ini menjadi jalan penghubung yang mempermudah lalu lintas.
6.      Tahun 1965, tanggal 25 Desember dilaksanakan Baptisan pertama oleh Romo Wiryomartoyo, Pr., sebanyak 8 (delapan) orang. Sejak peristiwa ini jumlah umat katolik semakin bertambah.
7.      Tahun 1967 dibangun rumah biara Bruder Karitas terletak di sebelah utara gedung sekolah Karitas dengan sebuah kapel yang cukup besar. Perayaan Ekaristi selanjutnya menempati kapel ini yang bisa menampung sekitar 150 orang.
8.      Sejak tahun 1968 dirasakan Kapel Bruderan Karitas sudah tidak mampu menampung umat lagi. Perayaan Misa pada hari besar Natal dan Paskah diselenggarakan di aula SD/SMP Karitas Nandan.
9.      Tahun 1969 untuk memudahkan pembinaan dan penggembalaan umat dibentuklah sebuah Kring dengan nama Kring Karitas Nandan, di bawah naungan Paroki Santo Aloysius Mlati.
10.  Penggembalaan diserahkan kepada Romo YB. Mangunwijaya, Pr.(menjadi Romo Kring Karitas Nandan tahun 1968 - 1976) dan Perayaan Ekasristi diselenggarakan setiap hari Minggu di Kapel Bruderan Karitas.
11.  Tahun 1976 Romo Mangun diminta oleh pemerintah untuk membina tapol di pulau Buru, sehingga Kring Karitas mengalami kekosongan imam. Untuk misa hari Minggu dibantu Romo dari kevikepan DIY, Seminari Tinggi Kentungan, Kolsani Kotabaru atau hanya diadakan ibadat sabda.
12.  Tahun 1977, kekosongan imam ini teratasi dengan kehadiran komunitas CSsR di Nandan, yang berasal dari Vicepropinsi Weetabula Sumba yang kuliah di Institut Filsafat Teologi (IFT) Kentungan. Komunitas CSsR untuk sementara menumpang di Bruderan Karitas Nandan, karena Wisma CSsR masih dalam proses pembangunan.
13.  Tahun 1978 pembangunan Wisma CSsR selesai. dinamai Wisma Sang Penebus, sebagai biara baru untuk tempat tinggal para calon imam.


B.     Periode Stasi

1.      Tahun 1980 pada bulan Januari Kring Karitas Nandan ditetapkan menjadi Stasi oleh Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Yustinus Kardinal Darmoyuwono, di bawah Paroki Jetis. Romo Willy Wagener CSsR mendapat mandat sebagai Pastor Pembantu Paroki Jetis untuk Stasi yang baru ini. Di bawah bimbingan Romo Willy dibantu keterlibatan para frater CSsR kehidupan umat semakin tertata.
2.      Karena jumlah umat yang semakin bertambah banyak, kapel Bruderan Karitas Nandan tidak mampu menampung umat pada setiap Misa hari Sabtu dan Minggu. Jumlah umat sudah lebih dari 800 orang.
3.      Tahun 1981, pada tgl. 1 Januari, karena kebutuhan akan gedung gereja dirasakan semakin mendesak, dibentuklah panitia pembangunan gedung gereja dengan ketua bapak A. Dwidjojuwono BA. (almarhum). Modal utama adalah semangat kebersamaan. Panitia ini mendapatkan dukungan penuh dari Romo Willy Wagener CSsR.
4.      Tahun 1982, tgl 4 Oktober 1982 dibentuk Yayasan Papa Miskin Santo Alfonsus oleh Keuskupan Agung Semarang yang dikukuhkan dengan Akte Notaris. Yayasan ini bertugas antara lain mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemilikan harta benda milik gereja.
5.      Tahun 1982 atas bantuan Suster Komunitas Darah Mulia (ADM) Jl. Abubakar Ali 12 Yogyakarta, umat Kring Karitas melalui Panitia Pembangunan membeli tanah milik suster yang terletak di sebelah Barat rumah Bapak A. Amir seluas 2.330 m2. Pada saat itu harga pasaran tanah Rp 25.000,- per m2 . Panitia pembangunan hanya diminta membayar seperlimanya yaitu Rp 5000,- per m2, sehingga harga seluruhnya Rp 11.650.000,-. Panitia Pembangunan saat itu hanya mampu membayar Rp 5.000.000. Kekurangannya dilunasi oleh Keuskupan Agung Semarang.
6.      Tahun 1984 atas dukungan dari umat dan donator, Panitia Pembangunan membeli tambahan sebagian tanah milik suster ADM pada lokasi yang sama seluas 2.128 m2. Sehingga luas tanah yang telah dibeli tahap I dan tahap II total menjadi 4.458 m2.
7.      Tahun 1988 Suster ADM menyumbang dana kepada Panitia Pembangunan. Sumbangan itu dipergunakan untuk membeli tanah sisa milik suster ADM. Sehingga pada tahun ini luas tanah sebagai tempat gedung gereja mencapai luas 7.211 m2.
8.      Tanah milik Suster yang telah dibeli Panitia Pembangunan adalah yang sekarang digunakan lapangan olah raga murid-murid SD/SMP Karitas (sebelah selatan Monjali). Oleh karena umat tidak diijinkan untuk membangun gedung gereja di lokasi itu, maka tanah tersebut ditukar dengan tanah milik Bruder Karitas di lokasi di mana gedung gereja Santo Alfonsus sekarang berada. Tanah seluas 7.511 m2 ditukar dengan 9.804 m2. Kelebihan tanah dengan luas sekitar 2.500 m2 disumbangkan oleh Bruder Karitas kepada umat stasi Nandan.
9.      Tahun 1988, pada tanggal 31 Juli menjelang pesta nama Santo Alfonsus de Ligouri (1 Agustus) dilaksanakan Peletakan Batu Pertama bangunan gereja oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman. Perencanaan pembangunan dibantu oleh para mahasiswa Fakultas Teknik UGM dengan supervisi Romo Mangun.
10.  Tahun 1990 Romo Willy Wagener CSsR membeli 2 (dua) bidang tanah dari penduduk Gemawang seluas 692 m2 dan 672 m2. Tanah-tanah ini posisinya berada di sebelah timur gedung gereja sekarang. Kemudian tanah ini ditukar dengan tanah lapangan yang sekarang berada di sebelah utara gereja dan tanah di sebelah timur gereja sisi utara. Sehingga dua tanah yang disebutkan terakhir ini semula tanah milik gereja menjadi milik CSsR dengan luas kurang lebih sama.
11.  Tahun 1988 – 1989 pembangunan tahap pertama gedung gereja dilaksanakan. Pada saat itu umat dengan dukungan berbagai pihak berhasil mengumpulkan dana untuk pembangunan struktur utama gedung gereja, yaitu fondasi, tiang, dinding dan atap.
12.  Tahun 1989 – 1991, pembangunan tahap kedua diselesaikan, antara lain pemasangan tegel lantai, dinding, jendela, pintu, kaca, cat, listrik, air, bangku, jalan masuk ke Gereja dan tempat parkir.
13.  Tahun 1992-1994 pelaksanaan pembangunan tahap ketiga selesai, meliputi pembuatan lisplank, pemasangan kaca, plafon, kamar mandi dan WC, penataan Panti Imam, pengisian lubang di atas tiang utama dengan gambar-gambar, menyempurnaan pengecatan, penataan halaman/taman, tata lampu serta pembuatan patung Santo Alfonsus.
14.  Tahun 1995 ada 2 orang muda Stasi Nandan ditahbiskan menjadi imam diosesan Keuskupan Agung Semarang, yaitu: Rm. Pius Riana Prapdi Pr. dan Rm. Yohanes Iswahyudi Pr. Keduanya tamatan SD Karitas Nandan dan merupakan buah sulung tahbisan imam stasi Nandan.  Panggilan hidup menjadi imam ini merupakan salah satu bagian integral dari pembangunan gereja secara lengkap dan menyeluruh.
15.  Setelah melalui keprihatinan dan perjuangan selama 15 tahun yaitu tahun 1981 - 1996, terwujudlah cita-cita umat Katolik Stasi Nandan untuk memiliki gedung Gereja sendiri yang dapat menampung umat yang sudah cukup banyak
16.  Tahun 1996, setelah seluruh bangunan pokok sudah selesai, kemudian tanggal 1 Agustus gedung Gereja diresmikan oleh Bupati Daerah Tingkat II Sleman dan diberkati oleh Romo Administrator KAS  Harjoyo Pr.
17.  Semua tantangan, kesulitan yang pernah dialami oleh umat dalam menuju peziarahan, dari awal penentuan lokasi gedung gereja, ternyata membawa hikmah. Letak gedung Gereja sekarang sungguh sangat ideal sebagai tempat beribadat, keadaan tenang dan tanah yang lebih luas dibandingkan lokasi tanah yang direncanakan semula.


C.     Periode Paroki Administratif


1.      Tidak hanya sarana-prasarana fisik saja yang dibangun, pada saat yang bersamaam telah berkembang dengan subur aktifitas-aktifitas umat stasi dengan pembentukan dan pengebangan komunitas2 misalnya OMK/remaja, koor lingkungan, sembahyangan, gamelan, seni Slaka, RWK (ibu2 Paroki) dll.
2.      Dengan jumlah mencapai 2000, umat bercita-cita untuk menjadi sebuah paroki penuh. Keinginan menjadi paroki ini belum bisa terlaksana, karena masih harus dipenuhi persyaratan gedung Pastoran dan ada Pastor yang mendampingi umat tinggal di Pastoran.
3.      Tahun 2000 mendapatkan status baru dari Stasi menjadi Paroki Administratif, suatu kepercayaan dari KAS kepada umat untuk menata dan mempersiapkan menjadi paroki penuh. Secara administratif terpisah tetapi urusan keparokian masih di bawah Paroki Jetis.
4.      Tahun 2003 umat membangun gedung pastoran. Waktu itu modal belum ada. Kelompok koor Santo Mateus wilayah selatan berhasil mencari sponsor untuk mengadakan pentas konser musik. Dari kegiatan itu dapat dihimpun sejumlah dana sebagai modal awal pembangunan gedung Pastoran. Selain modal awal ini, dana pembangunan gedung Pastoran diperoleh dari swadaya umat, donatur dan KAS.
5.      Tahun 2004 pembangunan Gedung Pastoran selesai dan diresmikan oleh Mgr. Ign. Suharyo,  Uskup Agung Semarang pada tanggal 24 Agustus.
6.      Untuk ditingkatkan menjadi paroki, masih terkendala keberadaan pastor paroki. KAS masih mengalami kesulitan, karena kekurangan tenaga imam. Selain itu masih dibutuhkan kesiapan umat untuk dapat mandiri sebagai Paroki. Sudah siapkah umat menanggung segala konsekuensi sebagai Paroki?.
7.      Tahun 2006 Romo I. Jayasewaya Pr. mantan Vikep DIY menjadi Pastor Pembantu tinggal menetap di Pastoran Paroki St. Alfonsus Nandan di bawah kepemimpinan Pastor Kepala Paroki Jetis. 
8.      Tahun 2009, Romo Antonius Triwahyono Pr. datang menemani Romo Jaya menetap juga di Pastoran paroki Administratif Nandan.
9.      Sejak pendampingan kedua romo ini, kegiatan umat menjadi semakin semarak, tertata dan lebih mandiri. Kedekatan romo dengan umat cukup terasa dengan kunjungan dan sapaan kepada umat-umat di lingkungan.
10.  Tahun 2009 dibangun ruang pertemuan yang terletak antara gedung pastoran dan gereja, setelah selesai diberkati oleh Romo Willy Wagner, CSsR dan diberi nama Panti Komunikasi dengan  nama Santo Yohanes Don Bosco, seorang santo yang dikenal sebagai pelindung kaum muda. Panti komunikasi ini menjadi ajang kegiatan tidak hanya kaum muda, tetapi juga anak-anak, Ibu-ibu dan Dewan Paroki.

D.     Periode Menuju Paroki (Penuh)


1.      Tahun 2010 (akhir) Romo Gregorius Sulistiyanto Pr. menggantikan Romo Jayasewaya, dengan tugas khusus dari KAS untuk melaksanakan persiapan terakhir Paroki Administratif menjadi Paroki.
2.      Tahun 2010, akhir November terjadi bencana alam berupa erupsi gunung Merapi, yang mengakibatkan jatuhnya korban meninggal sekitar 339 (DIY dan Jateng) dan harta benda. Bencana ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa dalam lima kejadian sebelumnya, yakni  tahun 2006, 2001, 1998, 1997, 1994.
3.      Tahun 2010 gereja menjadi posko bantuan korban bencana. Ini merupakan salah satu indikator bahwa gereja Paroki Administratif Nandan sudah mulai hidup dan melaksanakan semangat Ajaran Sosial Gereja Katolik dan semangat Ekaristi KAS dng semboyan : PEDULI DAN BERBAGI, umat paroki Nandan (OMK, Bapak, Ibu, para Bruder, bahu-membahu untuk peduli dan berbagi menolong pengungsi korban bencana alam ini. Gereja Nandan menjadi Posko penggalangan bantuan dan dapur umum yang mensuplai makanan (nasi bungkus) kepada para pengungsi dan relawan. Kegiatan ini diprakarsai dan dikelola kaum muda yang didampingi Romo G. Sulistiyanto Pr.
4.      Tahun 2011, dilakukan pembangunan joglo yang dipakai untuk aneka keperluan paroki seperti rapat, kegiatan budaya, olah raga dll, dan diberi nama JOGLO ANTONIO.
5.      Keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja semakin terasa, perkembangan umat melalui baptisan, yang merupakan indikator semangat mewartakan injil, katekumenat dan pertumbuhan gereja. demikian juga baptisan bayi, yang merupakan indikator semangat iman katolik dalam keluarga-keluarga katolik bagian dari pembangunan batu-batu hidup gereja paroki. pembinaan komuni pertama yang merupakan indikator kualitas pembinaan iman katolik di paroki. kegiatan-kegiatan generasi muda gereja (orang muda katolik/OMK) semakin semarak demi pengembangan masa depan gereja dan mereka.
6.      Tahun 2011 Dewan Paroki melakukan pembenahan-pembenahan menuju tata kelola, penataan administrasi yang profesional dan pengelolaan keuangan yang transparan, kredibel dan akuntabel, yang merupakan bagian dari usaha untuk menjadi Gereja signifikan secara internal dan relevan secara eksternal. Agar tujuan bisa dicapai disusunlah visi dan misi pertama kali secara tertulis, yang ingin diwujudkan terus menerus diperbaharui setiap lima tahun sekali agar selalu relevan dengan perkembangan jaman.
7.      Tahun 2011 pada tgl. 13 September Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta mengesahkan Pedoman pelaksanaan Dewan paroki (PPDP) Paroki Santo Alfonsus sebagai langkah penting dalam penataan pelayanan agar semakin efisien dan berdaya guna. Pedoman ini diharapkan sungguh-sungguh dapat menjadi pegangan dalam menyelenggarakan pelayanan di Paroki Nandan demi pengembangan iman seluruh umat.
8.     Akhirnya Gereja muda Nandan boleh semakin siap menjadi persekutuan paguyuban umat Allah yang semakin dewasa dalam iman, kepribadian, dan tata kelola mandiri. Saatnya tiba bagi kami umat Nandan menajdi Paroki secara penuh. 


Cerita singkat tentang peziarahan ini dirangkum oleh AndreasTriwiyono, yang diambil dari beberapa sumber informasi serta acuan sebagai berikut:
1.      Sejarah Ringkas Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan Yogyakarta, yang disusun oleh Bpk. FA Susanto P., I. Wintolo S., T Parmin Sukardi dan YB. Poniran, tahun 2009 diangkat oleh Pastor Kepala Paroki sebagai Tim Penyusus Sejarah Paroki
2.      Sejarah Gereja Paroki Adminsitratif Santo Alfonsus Ligouri Nandan, Dari Arsip-Arsip Bruder Karitas
3.      Sejarah Bruder Karitas di  Nandan – Yogyakarta, ditulis oleh Bruder Karitas
4.      Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP), Paroki Santo Alfonsus Nandan, 2011

Ucapan terima kasih disampaikan beberapa fihak yang telah memberikan masukan-masukan, koreksi naskah, pembetulan tahun dan peristiwa, khususnya kepada yth. Br. Yoanes, Bpk Kianto mantan Sekretaris Dewan dan ibu Lily/bpk Edy Sutarta sebagai Sekretaris Dewan sekarang. Sebagai catatan, jika romo, bruder, suster, bapak ibu dan saudara/i ingin lebih tahu tentang Sejarah Gereja St. Alfonsus Nandan bisa buka website dengan alamat http://parokinandan.blogspot.com/




 Penyusun:
Bpk Andreas Triwiyono dkk